Notification

×

Iklan

Iklan




Soal Pohon Nangis,Ternyata Tidak Semua Orang Bisa Mendengaarnya

, 20 Januari 2020

Jember,DP News
Kabar pohon menangis menghebohkan warga Dusun Krajan, Desa Mojosari, Kecamatan Puger. Polisi pun sempat mendatangi lokasi untuk memantau kondisi dan memeriksa lokasi sekitar pohon akasia tersebut.
"Kalau tidak salah Jumat (17/1) pagi kemarin. Ada sekitar 6 petugas dari Polsek Puger yang datang," kata salah satu anggota keluarga pemilik lahan, Mawardi, Minggu (19/1).
Begitu tiba di lokasi, petugas langsung melakukan pemeriksaan di sejumlah tempat. Terutama sekitar lokasi tumbuhnya pohon.
"Seperti kandang sapi dan kandang ayam yang posisinya memang dekat dengan pohon," tambah Mawardi.
Warga banyak berdatangan ke lokasi pohon menangis di Dusun Krajan, Desa Mojosari, Kecamatan Puger. Namun tak semuanya berhasil mendengar suara dari batang pohon Akasia berdiameter sekitar 50 cm dengan tinggi sekitar 20 meter itu.
"Tidak semuanya mendengar, salah satunya saya. Tidak mendengar apa-apa," kata salah satu pengunjung, Huda, Minggu (19/1).
Pria asal Kecamatan Ambulu ini mengaku berulang kali menempelkan telinganya ke batang pohon yang dikabarkan bisa mengeluarkan suara tangisan itu. Namun tak ada suara apa pun yang keluar dari batang pohon.
"Mulai dari posisi berdiri, jongkok sampai duduk sudah saya lakukan. Tapi ya itu tadi, tak mendengar apa-apa. Apa karena ramai ya?" ungkapnya.
Namun Huda mengaku istrinya yang sebelumnya datang ke tempat itu mengaku mendengar suara dari dalam batang pohon. Dia tidak mengerti kenapa dirinya tidak berhasil mendengar pohon menangis.
"Kemarin saya datang bersama istri. Waktu itu istri mengaku mendengar. Tapi waktu itu saya tidak. Karena masih penasaran, hari ini saya datang lagi. Tapi tetap tidak mendengar," ungkapnya.
Dia menduga, pemeriksaan dilakukan kepolisian untuk memastikan tidak ada rekayasa seolah pohon di belakang rumahnya itu mengeluarkan suara. Mawardi pun bisa memaklumi apa yang dilakukan petugas kepolisian ini.
"Itu memang tugas polisi. Bagi kami tidak ada persoalan. Sebab memang tidak ada rekayasa," kata Mawardi.
Bahkan untuk meyakinkan bahwa tidak ada rekayasa, pihak pemilik lahan tidak menarik uang sepeserpun terhadap pengunjung yang datang. Meski sekadar uang parkir motor yang berjajar di halaman rumah.
"Sampai saat ini tetap kita gratiskan. Tidak ada penarikan apa pun. Bahkan ada yang usul akan menaruh kotak amal, kita tidak mau. Kita tidak ingin dicurigai pohon menangis ini hanya mengada - ada sebagai sarana mencari uang," ungkap Mawardi. (Rd/detik.com)

| | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | |