Notification

×

Iklan

Iklan




16 Ribu Anggota Keluarga Karyawan Terbantu Kehadiran Pabrik Gula PTPN II Sei Semayang

, 27 Februari 2020

Deliserdang,DP News
Wakil Gubernur (Wagub) Sumatera Utara (Sumut) Musa Rajekshah meresmikan Giling Perdana Pabrik Gula PTPN II Sei Semayang, Selasa (25/2). Peresmian ditandai dengan pelemparan tebu ke mesin giling oleh Wagub.
Hadir diantaranya Wakil  Bupati Deliserdang Ali Yusuf Siregar, Direktur Pemasaran PTPN III (Holding) Dwi Sutoro, Direktur Utama PTPN II M Iswan Achir, Komisaris PTPN II Dudi, Dirops PTPN II Marisi Butarbutar, Dirkom PTPN II M Arwin Nasution, SEVPP PTPN III Suhendri, jajaran direksi PTPN IV serta mewakili Forkopimda.
Dikatakan Wagub bahwa peresmian beroperasinya kembali pabrik gula ini diharapkan dapat menambah produksi gula yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat khususnya di Sumut dan mengurangi impor gula. Apalagi dirinya telah menghitung bahwa satu orang membutuhkan gula untuk dikonsumsi setidaknya 50 gram/hari. Jika harga rata-ratanya Rp 16.000, maka biaya per orang sekitar Rp 800/hari.
“Mungkin bagi yang berkecukupan harga ini tidak begitu berarti. Tetapi jumlah ini bagi masyarakat yang ekonominya terbatas pasti berpengaruh,” ujar Wagub.
Dengan hadirnya pabrik gula yang telah berhenti beroperasi selama lebih kurang 5 tahun ini, Wagub berharap pasokan gula untuk Sumut bertambah. Namun mengingat perusahaan tersebut milik BUMN, tentu yang paling utama adalah harga jual yang bersaing dari pabrik swasta.
Selain itu, operasional pabrik gula ini akan berdampak pada perekonomian masyarakat, setidaknya bagi karyawan yang berjumlah sekitar 4.000 – 5.000 orang. Jika dirata-rata jumlah satu keluarga ada empat, maka akan melibatkan sedikitnya 16 ribu jiwa.
“Kami berharap semoga perusahaan (PTPN II, PTPN III dan PTPN IV) yang ada di Sumut ini dapat sehat. Karena kalau sehat, bisa berpengaruh pada kita dan masyarakat kita,” sebut Musa Rajekshah yang akrab disapa Ijeck.
Ijeck menyebutkan bahwa Sumut punya potensi besar di sektor perkebunan. Mulai dari sawit, karet, tembakau, teh, coklat dan lainnya. Yang bertahan maksimal sejauh ini menurutnya adalah perkebunan sawit. Sebab komoditi lain seakan redup.
“Coklat kita juga tidak maksimal. Kami kemarin kedatangan tamu dari Dubes Switzerland dan bercerita tentang investasi. Sampai saya bilang mereka hebat punya coklat terbaik di dunia. Ternyata Indonesia (yang) punya pohonnya (bahan mentah). Artinya kita hanya menanam, tetapi tidak bisa mengolah sampai dengan barang jadi,” sebutnya.(Rd/Humas Provsu)


| | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | |