Medan,DP News
Staf Ahli Bidang Pembangunan Keluarga Kementerian Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak RI Dra Sri Danti Anwar MA mengungkapkan, orang tua
harus membekali dan mengajarkan anak mengenai seksual. Hal ini dilakukan guna
memberikan perlindungan dari eksploitasi dan pelecehan seksual terhadap anak.
"Pembelajaran dan pemahaman terhadap seksual perlu kita berikan kepada anak agar terhindar dari pelecehan seksual. Penting pula kita latih anak agar asertif sehingga anak berani menolak/mengatakan tidak jika mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan," kata Sri pada acara Diskusi Tematik Kementerian Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak yang bertemakan Pembangunan Ketahanan Keluarga yang Berkesetaraan, Berkeadilan Gender dan Berbasis Hak Anak Demi Kesejahteraan dan Keharmonisan Keluarga di Ruang Rapat III Balai Kota Medan, Kamis (1/8).
"Pembelajaran dan pemahaman terhadap seksual perlu kita berikan kepada anak agar terhindar dari pelecehan seksual. Penting pula kita latih anak agar asertif sehingga anak berani menolak/mengatakan tidak jika mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan," kata Sri pada acara Diskusi Tematik Kementerian Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak yang bertemakan Pembangunan Ketahanan Keluarga yang Berkesetaraan, Berkeadilan Gender dan Berbasis Hak Anak Demi Kesejahteraan dan Keharmonisan Keluarga di Ruang Rapat III Balai Kota Medan, Kamis (1/8).
Kadis Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Medan Khairunisa SE
mewakili walikota saat memimpin Diskusi Tematik Kementerian Pemberdayaan
Perempuan, Perlindungan Anak yang bertemakan Pembangunan Ketahanan Keluarga
yang Berkesetaraan, Berkeadilan Gender dan Berbasis Hak Anak Demi Kesejahteraan
dan Keharmonisan Keluarga di Ruang Rapat III Balai Kota Medan, Kamis (1/8).
Diskusi ini diiikuti puluhan peserta berasal yang merupakan tenaga
penyuluh. Tiga nara sumber dihadirkan dalam diskusi tersebut, salah satunya
narasumber Dra Sri Danti Anwar MA selaku Staf Ahli Bidang Pembangunan Keluarga
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI.
Khairunisa menyampaikan sambutan tertulis Wali Kota mengatakan, pembangunan
ketahanan keluarga yang berkesetaraan berkeadilan gender dan berbasis hak anak
merupakan upaya untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas, memiliki keuletan
dan ketangguhan serta kemampuan fisik materil untuk hidup mandiri dan
mengembangkan diri berbasis kesetaraan, keadilan gender dan pemenuhan hak
anak.
"Keluarga merupakan unit sosial terkecil dalam masyarakat sehingga kita harus mampu mengelola sumber daya yang ada dalam menanggulangi masalah untuk dihadapi. Kemudian harus mampu memenuhi kebutuhan fisik maupun psikologis keluarga," kata Khairunisa.
Dalam mengimplementasikan ketahanan keluarga, jelas Khairunisa, wanita dan pria harus bertanggungjawab bersama berbagi peran dalam rumah tangga guna menciptakan keluarga yang harmonis. Selain itu, dalam keluarga juga harus menjaga pola asuh yang diterapkan kepada anak agar tumbuh kembang anak berjalan dengan baik.
"Dalam mengasuh anak kita juga harus melihat bagaimana pola asuh yang kita terapkan dalam keluarga. Apakah otoriter, permisif, penuh kekerasan ataukah demokratis? Jika kita otoriter terhadap anak, maka si anak akan menjadi penakut dan berbohong kepada orangtuanya, begitu sebaliknya kalau kita tidak punya aturan sama sekali (permisif) maka anak akan terjerumus dilembah hitam,” paparnya.
"Keluarga merupakan unit sosial terkecil dalam masyarakat sehingga kita harus mampu mengelola sumber daya yang ada dalam menanggulangi masalah untuk dihadapi. Kemudian harus mampu memenuhi kebutuhan fisik maupun psikologis keluarga," kata Khairunisa.
Dalam mengimplementasikan ketahanan keluarga, jelas Khairunisa, wanita dan pria harus bertanggungjawab bersama berbagi peran dalam rumah tangga guna menciptakan keluarga yang harmonis. Selain itu, dalam keluarga juga harus menjaga pola asuh yang diterapkan kepada anak agar tumbuh kembang anak berjalan dengan baik.
"Dalam mengasuh anak kita juga harus melihat bagaimana pola asuh yang kita terapkan dalam keluarga. Apakah otoriter, permisif, penuh kekerasan ataukah demokratis? Jika kita otoriter terhadap anak, maka si anak akan menjadi penakut dan berbohong kepada orangtuanya, begitu sebaliknya kalau kita tidak punya aturan sama sekali (permisif) maka anak akan terjerumus dilembah hitam,” paparnya.
Selanjutnya imbuh Khairunisa, apabila orang tuanya terlalu keras, maka si
anak pun nantinya akan menjadi orang yang keras dan tempramental. “Terakhir
adalah demokratis, sehingga orang tua dan anak saling berkomunikasi
dengan baik sehingga feedbacknya menjadi baik," tambah
Khairunisa.(Rd)