Jakarta,DP News
Laporan
terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),Kamis (9/7) menunjukkan bahwa virus Corona
dapat menyebar melalui udara. Pernyataan tersebut didasari bukti bahwa inti
tetesan (aerosol) yang keluar ketika menguap, bernapas dan berbicara mengandung
RNA SARS-CoV-2. Tak hanya itu, aerosol juga dapat bertahan di udara dalam
jangka waktu tertentu dan dapat menginfeksi orang lain. Kemungkinan penyebaran
Covid-19 melalui udara ini telah muncul sejak beberapa bulan yang lalu. Otoritas
Tertinggi Kesehatan China secara resmi mengumumkan bahwa penyebaran virus
corona dimungkinkan melalui aerosol. Dalam pernyataannya, mereka menyebut
adanya paparan pada tingkat konsentrasi tinggi cairan tubuh yang tertutup
dengan waktu lama sebagai salah satu rute yang memungkinkan penularan.
Kendati
belum diketahui secara jelas, beberapa pakar dan pemerintah lokal meyakinin adanya
kemungkinan itu. Bahkan, Pemerintah Shanghai telah memasukkan aerosol sebagai
salah satu rute transmisi virus corona.
Bantahan
WHO Pada akhir Maret 2020, WHO secara tegas membantah adanya kemungkinan itu.
Menurut WHO, Covid-19 menular melalui droplet atau percikan yang keluar saat
seseorang batuk, bersin, atau berbicara.
Droplet
tersebut terlalu berat untuk bisa bertahan di udara sehingga akan langsung
jatuh ke lantai atau suatu permukaan. "Kamu bisa saja tertular virus jika
berada dalam rentang jarak 1 meter dari penderita Covid-19," demikian WHO,
seperti diberitakan Kompas.com, 30 Maret 2020.
Bahkan,
dalam pembaruan terbaru virus corona SARS-CoV-2 yang dirilis 29 Juni 2020, WHO
mengatakan bahwa penularan virus melalui udara hanya mungkin terjadi dalam
prosedur medis yang menghasilkan aerosol atau tetesan yang lebih kecil dari 5
mikron.
Beberapa
waktu lalu, 239 pakar dari 32 negara memaparkan sejumlah bukti yang menunjukkan
virus corona menyebar di udara dan dapat menular. Dalam surat terbukanya kepada
WHO, para pakar menyebut bahwa partikel yang lebih kecil dan ada di udara dapat
menginfeksi manusia.
Mereka
menilai, WHO selama ini sangat kaku, lambat, dan tidak mau mengambil risiko
dalam memperbarui panduan terkait Covid-19. "Saya benar-benar frustasi
tentang masalah (virus corona) ada di aliran udara dan ukuran partikel (yang
kecil)," kata Mary-Louise McLaws, anggota komite dan ahli epidemiologi
Universitas New South Wales di Sydney.
"Jika
kita meninjau kembali aliran udara, kita harus siap untuk mengubah banyak
hal," kata Mary-Louise. Mereka pun mendesak organisasi yang bermarkas di
Jenewa itu untuk merevisi rekomendasi pencegahan virus corona. Kendati
demikian, WHO menganggap klaim itu tidak meyakinkan dan masih membutuhkan
penelitian lebih lanjut. Halaman Selanjutnya "Terutama dalam beberapa
bulan terakhir,…
"Terutama
dalam beberapa bulan terakhir, kami telah menyatakan beberapa kali bahwa kami
menganggap penularan melalui udara sebagai hal yang mungkin tetapi tentu saja
tidak didukung oleh bukti yang kuat atau bahkan jelas," kata pemimpin
teknis untuk pencegahan dan pendalian infeksi WHO, dr Benedetta Allegranzi,
dilansir dari Kompas.com, 7 Juli 2020.
WHO
akhirnya akui bukti penularan virus corona melalui udara Pada 7 Juli.WHO
mengakui bukti yang muncul terkait penyebaran virus corona melalui airbone atau
udara. Pemimpin Teknis Pandemi Covid-19 WHO Maria Van Kerkhove mengatakan,
pihaknya telah membicarakan kemungkinan itu sebagai salah satu bentuk transmisi
virus corona.
Sementara
itu, Allegranzi menjelaskan adanya bukti yang muncul tentang transmisi virus
corona lewat udara, meski tidak definitif. "Kemungkinan akan adanya
transmisi lewat udara di lingkungan publik - khususnya di kondisi yang sangat
spesifik, padat, tertutup dan berventilasi buruk telah dideskripsikan, (dan)
tidak bisa dikesampingkan," kata dia. Pernyataan Resmi WHO Dua hari
kemudian, Kamis (9/7), WHO secara resmi mengeluarkan pernyataan bahwa virus
corona dapat bertahan lama di udara dalam ruang tertutup.
Pernyataan itu dipublikasi melalui laman resmi
WHO. Dalam pernyataan itu, disebutkan pula virus yang bertahan di udara dapat
menyebar dari satu orang ke orang lain. WHO bersama para ilmuwan telah
mendiskusikan dan mengevaluasi apakah SARS-CoV-2 juga dapat menyebar melalui
erosol tanpa adanya prosedur yang menghasilkan aerosol, teruma dalam ruangan
berventilasi buruk. Menurut WHO, udara yang diembuskan oleh penderita Covid-19
memungkinkan transmisi virus melalui aerosol. Teori tersebut menunjukkan bahwa
sejumlah tetesan pernapasan menghasilkan aerosol mikroskopis ketika menguap,
bernapas, dan berbicara.
"Dengan
demikian, seseorang dapat terinfeksi virus ketika menghirup aerosol yang
memiliki proporsi cukup untuk menyebabkan infeksi," demikian pernyataan
WHO, seperti dikutip Kompas.com dari laman resmi WHO, Jumat
(10/7).(Rd/Kompas.com)