![]() |
Foto: Walikota Medan Rico Waas Saat Menerima Audiensi Ketua RKI Marojahan Andrian Manalu,Kamis (16/10) di Ruang Khusus Kantor Walikota Medan |
Jong Batak’s Arts Festival (JBAF) akan digelar 18–28 Oktober nanti di Taman Budaya Medan dengan menampilkan beragam kegiatan seni, pameran, diskusi, hingga pertunjukan yang melibatkan seniman lokal dan nasional yang didukung Kementerian Kebudayaan Indonesia dan LPDP.
Ketua Rumah Karya Indonesia (RKI) Marojahan Andrian Manalu dan Direktur Festival Andrin Manurung itu memaparkan bahwa Jong Batak’s Arts Festival merupakan festival budaya tahunan yang digagas Rumah Karya Indonesia sejak 2014 dengan mengangkat tema “Kebudayaan sebagai Gerakan Kolektif Ketahanan Pangan.”
Festival ini katanya terinspirasi dari semangat Jong Batak tahun 1926 yang ikut merumuskan Sumpah Pemuda, festival ini menjadi wadah untuk menumbuhkan kembali identitas, nasionalisme, dan kebanggaan budaya melalui pertunjukan seni dan aktivitas budaya.
Tahun ini kata 0jax,fokusnya diarahkan pada isu ketahanan pangan sebagai bentuk kontribusi budaya terhadap tantangan dunia.
Hal tersebut disampaikan
Ketua Rumah Karya Indonesia Marojahan Andrian Manalu dan Direktur Festival Andrin Manurung saat audiensi dengan Walikota Meda,Kamis (16/10) di Ruang Khusus Walikota.
Walikota pun mengapresiasi semangat anak muda yang terus memperjuangkan dan menghidupkan kebudayaan lokal di tengah arus globalisasi dan kemajuan teknologi.
Rico Waas mengatakan, saat ini anak-anak muda bergelut dengan berbagai tantangan, terutama di tengah kemajuan teknologi. Anak muda kini cenderung lebih menyukai budaya luar. Padahal, kekayaan budaya kita luar biasa dan tidak akan habis untuk digali.
Rico menekankan pentingnya menumbuhkan rasa percaya diri terhadap identitas budaya sendiri. Ia mencontohkan bagaimana daerah lain mampu mendunia melalui eksplorasi budaya lokalnya.
Ia berharap pelaksanaan JBAF dapat menjadi ruang inklusif bagi seniman muda Medan untuk berkarya dan menghadirkan ide-ide segar yang dapat diterima masyarakat luas.
Rico Waas yakin seniman Medan memiliki daya kreasi seperti tokoh-tokoh seni dunia. "Seni kita juga harus bisa masuk ke ruang-ruang inklusif dan diterima luas.”
Kegiatan ini akan menampilkan ritus dan aktivitas budaya terkait pangan serta pertemuan dengan para maestro budaya; panggung eksplorasi seni untuk merespons isu pangan melalui proses penciptaan karya pameran dan pemutara film oleh perupa dan sineas, ruang ekspresi masyarakat terhadap isu ppanganl, diskusi santai seputar isu dan pengetahuan budaya serta kampanye kreatif bergaya khas Medan.
Selain itu, perhelatan ini juga akan menggelar pasar produk pangan dan kreasi lokal dengan nuansa tempo dulu dan kini; panggung kolaborasi seni tradisi dan modern untuk menarik minat generasi muda; serta kolaborasi internasional, khususnya Asia Tenggara, untuk berbagi pengetahuan dan apresiasi budaya.Rumapea/Redaksi