Notification

×

Iklan

Iklan




Selama 2 Hari,BNPB Catat 25 Bencana,Termasuk Banjir Bandang NTT dan Karhutla Padang Lawas Utara

11 September 2025
Foto : Banjir bandang di wilayah Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur, Senin (8/9)/BPBD Kabupaten Negekeo
Jakarta, DP News 

Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 25 kejadian bencana terjadi di Indonesia dalam periode 8 - 9 September  diantaranya 7 kejadian  menonjol dengan dampak signifikan, yang didominasi  kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).


Kebakaran Hutan dan Lahan

Karhutla masih menjadi ancaman serius di beberapa wilayah. Kejadian baru dilaporkan di Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur,Minggu (7/9). Hutan jati seluas sekitar dua hektare yang berada di Desa Campurejo, Kecamatan Sambit, dilumat “si jago merah”. 


Penyebabnya belum diketahui secara pasti dan masih diselidiki oleh pihak terkait. Api berhasil dipadamkan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ponorogo bersama lintas instansi terkait.


Di Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh, Karhutla menghanguskan 5 Ha lahan di Desa Wih Pesam, Kecamatan Wih Pesam,Senin (8/9). Api berhasil ditaklukkan petugas BPBD Kabupaten Bener Meriah dan lintas instansi gabungan. 


Sementara itu, di Kabupaten Padang Lawas Utara, Provinsi Sumatera Utara, Karhutla membakar 10 Ha lahan di Desa Sungai Durian, Kecamatan Padang Bolak. BPBD Kabupaten Padang Lawas telah berhasil memadamkan api. 


Sebagai antisipasi dan penanganan lebih lanjut terkait Karhutla, wilayah ini telah menetapkan status siaga darurat sejak 5 Juni - 30 September nanti.


Untuk wilayah Provinsi Kalimantan Selatan, Karhutla hingga 8 September telah menghanguskan lahan seluas ± 780,74 Ha dengan tambahan 14,85 Ha dalam 24 jam terakhir. 


Penanganan di wilayah ini mendapat pendampingan langsung dari Kedeputian Bidang Penanganan Darurat BNPB. Status siaga darurat berlaku sejak 4 Agustus-30 September.


Banjir dan Banjir Bandang

Bencana berikutnya adalah banjir bandang yang melanda di lima desa Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Senin (8/9). Peristiwa ini mengakibatkan dua orang hilang dan masih dalam pencarian.


Adapun kerugian material dari dampak bencana tersebut meliputi 1 rumah hanyut, 2 kantor pemerintahan, 3 ruas jalan tertutup longsor, 2 unit jembatan terdampak, lahan sawah dan perkebunan terendam, ternak yang di gembala pun turut terkena imbas. Tim BPBD Kabupaten Nagekeo masih melanjutkan pendataan di lapangan hingga saat ini.


Selain itu, banjir juga melanda Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung, yang berdampak pada 91 KK atau 91 rumah. Wilayah yang terdampak mencakup 4 desa dan 2 kelurahan di 5 kecamatan. Hingga 8 September 2025, genangan masih terpantau di wilayah Kelurahan Pasar Krui, termasuk area perkantoran.


Kekeringan

Bencana kekeringan masih dirasakan sebagian penduduk di 5 desa dari 2 kecamatan di Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah hingga hari ini.


Sebanyak 2.509 KK atau 8.795 jiwa terdampak kekeringan yang dipicu oleh faktor musim kemarau. Upaya penanganan dilakukan BPBD setempat melalui distribusi air bersih hingga 250 tangki air atau setara 1.250.000 liter secara bertahap.


Prakiraan Cuaca dan Antisipasi Potensi Bencana

Mengacu pada prakiraan cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk dua hari ke depan 10–11 September,beberapa wilayah di Indonesia diperkirakan masih akan mengalami hujan dengan intensitas ringan hingga sedang, terutama di bagian barat Sumatra, sebagian Jawa, Bali, Nusa Tenggara, serta Papua. Kondisi ini berpotensi menimbulkan banjir lokal, banjir bandang, maupun longsor di wilayah dengan kontur tanah curam dan daya serap rendah.


Sementara itu, sebagian besar wilayah Kalimantan dan Sumatra bagian timur diprediksi akan mengalami cuaca panas dengan kelembapan udara rendah. Kondisi ini meningkatkan potensi karhutla, terutama di lahan gambut dan hutan produksi. BNPB mengimbau agar masyarakat tetap waspada terhadap titik api baru dan segera melaporkan apabila menemukan indikasi kebakaran.


Untuk wilayah dengan tren kekeringan, seperti Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur, prakiraan cuaca menunjukkan masih minimnya curah hujan. Hal ini berpotensi memperluas dampak kekeringan dan keterbatasan air bersih. Pemerintah daerah diimbau untuk terus mengintensifkan distribusi air bersih, serta menyiapkan strategi mitigasi kebutuhan air masyarakat.


Komitmen Penanganan

BNPB bersama pemerintah daerah dan kementerian/lembaga terkait terus melakukan upaya penanganan darurat bencana secara cepat, terpadu, dan terkoordinasi. Upaya ini mencakup pemadaman karhutla, distribusi bantuan bagi masyarakat terdampak banjir, serta pendistribusian air bersih untuk wilayah yang mengalami kekeringan. BNPB mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada, memantau informasi resmi dari instansi terkait dan mengikuti arahan pemerintah daerah dalam menghadapi potensi bencana.


Demikian dikutip dari laman BNPB Pusat yang disampaikan Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, Ph.D. BNPB/Redaksi

| | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | |