![]() |
Foto: |
Protection Associate UNHCR Oktina Hafanti, menjelaskan, jumlah imigran di Kota Medan saat ini mencapai 1.200 orang yang berasal dari Afghanistan, Irak, Iran, Sudan, Pakistan, dan Somalia.
Para pengungsi tersebut sudah 10 tahun berada di Medan yang mayoritas berasal dari Somalia dan berharap mendapat suaka ke negara ketiga seperti Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, dan Kanada.
Sementara itu,Walikota Medan, Rico Tri Putra Bayu Waas menegaskan, Pemko Medan membuka diri secara kemanusiaan terhadap keberadaan imigran pencari suaka, namun tetap mengutamakan keamanan dan kenyamanan warga, khususnya yang tinggal di sekitar lokasi penampungan.
Penekanan tersebut disampaikan Rico Waas saat menerima kunjungan Perwakilan UNHCR dan International Organization for Migration (IOM) di Balai Kota Medan,Senin(15/9).
Didampingi Asisten Pemerintah dan Kesejahteraan Rakyat Medan HM Sofyan, Kadis Sosial Khoiruddin Rangkuti, Kaban Kesbangpol Andi Mario Siregar, dan Kadis P3AMP2KB Edliaty, Rico Waas menegaskan tidak ingin kasus penolakan warga terhadap imigran seperti di Aceh sampai terjadi di Medan.
Menurut Oktina, lamanya para imigran menetap di Medan disebabkan negara ketiga belum mau menerima mereka. Bahkan, Amerika Serikat sudah menutup kedatangan imigran.
Untuk itu, UNHCR menawarkan dua program Private Sponsorship dan Talent Beyond Boundaries (TBB) yang artinya keluarga imigran di luar negeri bisa mensponsori mereka kembali. Sedangkan bagi yang memiliki keahlian, bisa disalurkan ke negara yang membutuhkan melalui TBB.
Perwakilan IOM Kathleen Lina menuturkan, biaya tempat tinggal dan makan para imigran selama di Medan ditanggung IOM.
“Imigran dewasa mendapat Rp1.750.000 per bulan, sedangkan anak-anak Rp800.000,” ungkapnya.
Ia menambahkan, IOM sudah berada di Medan sejak 2005. Saat ini, imigran ditampung di 12 lokasi di kota ini.Rumapea/Redaksi