Foto/Kompas.com
Jakarta,DP News
Gunung Merapi dilaporkan kembali erupsi pada
Selasa (3/3) pukul 05.33 WIB.
Laporan tersebut disampaikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
(BMKG). Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Novie Riyanto mengatakan, pihaknya
terus memantau perkembangan aktivitas Gunung Merapi untuk memastikan
keselamatan penerbangan.
Adapun saat ini, penerbangan di Bandara Adi Soemarmo, Solo, telah
ditutup sementara. “Kami akan terus memantau perkembangan yang ada. Untuk
penerbangan, hingga saat ini masih Bandara Solo yang terdampak, dan telah
dilakukan penutupan penerbangan sementara," kata Novie dalam siaran pers, Selasa (3/3).
Namun Novie berujar, penerbangan bakal dialihkan sementara ke wilayah lain yang
tidak terdampak erupsi gunung merapi. "Untuk penerbangan, kami telah
mengalihkan penerbangan ke wilayah yang tidak terkena dampak erupsi,” ucap
Novie.
Hal itu menunjukkan, aktivitas erupsi gunung Merapi berada pada level
Red/Awas, yang berarti gunung berapi menunjukkan erupsi vulkanik sedang
berlangsung.
Sedangkan, untuk Notam Aerodrome Closed, Bandara
Solo ditutup penerbangannya pada pukul 09.25 WIB dan akan dilakukan update
kembali secepatnya. Akibat erupsi, beberapa rute penerbangan internasional dan
domestik terdampak. “Kami akan terus melakukan koordinasi dengan AirNav
Indonesia untuk memastikan aktivitas penerbangan tetap berjalan normal, berikut
dengan stakeholder penerbangan. Tetap dengan memperhatikan aspek keselamatan
dan keamanan penerbangan,” jelas Novie.
Gunung Merapi erupsi pada Selasa (03/03) pukul 05.22 WIB dengan tinggi
kolom kurang lebih 6.000 meter. Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan
Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Hanik Humaida, mengatakan
penyebab erupsi Gunung Merapi ini karena dorongan gas. "Kalau yang
dulu-dulu freatik itu gas murni tidak ada material magmatis, yang ini kan sudah
sejak bulan Agustus 2018 sudah keluar magmanya. Tetapi dominan masih gas,"
ujar Hanik Humaida, Selasa (03/03).
Sementara itu,BPPTKG Yogyakarta mencatat tinggi kolom erupsi Gunung
Merapi tercatat kurang lebih 6 kilometer. Hal ini menunjukan tekanan gas yang
besar. "Tekanan gasnya lebih besar dari yang kemarin," ungkapnya.
Hanik mengatakan material yang dihembuskan saat letusan terjadi juga didominasi
gas. "Jadi ini merupakan erupsi tunggal. Seperti kemarin dominasi erupsi
adalah erupsi gas," sebut Hanik. Erupsi Gunung Merapi ini tercatat di
seismogram dengan amplitudo 75 milimeter. Sementara durasi tercatat 450 detik.
Awan panas guguran ke arah hulu Kali Gendol dengan jarak maksimal 2
kilometer. "Jadi masih ke arah bukaan kawah," tegasnya.
Menurutnya, kejadian letusan semacam ini masih dapat terus terjadi. Hal
ini sebagai indikasi suplai magma dari dapur magma masih berlangsung. Ancaman
bahaya letusan ini berupa awan panas yang berasal dari bongkaran material kubah
lava dan lontaran material vulkanik dengan jangkauan 3 kilometer berdasarkan
volume kubah yang sebesar 396.000 m3 berdasarkan data drone 19 November 2019.
"Status masih sama, waspada. Radius bahaya juga masih sama, 3 kilometer
dari puncak Gunung Merapi," ungkapnya. Masyarakat diimbau untuk tetap
tenang dan beraktivitas seperti biasa di luar radius 3 kilometer dari puncak
serta mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik.(Kompas.com/Rd)